Home » » Kebiasaan Lama yang Masih Tersisa di Moskow

Kebiasaan Lama yang Masih Tersisa di Moskow

Home > Kabar Berita > Wisata Kebiasaan Lama yang Masih Tersisa di Moskow

Museum Sejarah Rusia --MI/Jajang

Kebiasaan Lama yang Masih Tersisa di Moskow
Penulis : Jajang Sumantri

MAKLUM. Mungkin sikap itulah yang harus Anda junjung ketika tiba di Moskow, Rusia. Dinginnya terpaan suhu di sana rasa-rasanya juga telah mendarah daging pada penduduk negara Beruang Merah ini. Setidaknya itulah suasana perkenalan pertama bagi siapa saja yang hendak bertandang ke Rusia.

Seperti yang dialami lima anggota rombongan misi dagang Indonesia yang sedang bertugas ke sana, pertengahan September lalu. Loket imigrasi di Bandara Domodedovo, Moskow, Rusia, membuat mereka tegang.

Betapa tidak, kelima orang yang berasal dari beberapa instansi pemerintah tersebut harus digiring oleh dua petugas imigrasi berbadan kekar ke ruang khusus, sudut bandara yang dominan dihiasi panel-panel jeruji besi. Sekitar 20 menit mereka 'belum lepas.' Hingga akhirnya, seorang staf dari Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Moskow yang menjemput rombongan tergopoh-gopoh berlari menuju tempat tersebut.

Setelah hampir satu jam lamanya berada di ruang tersebut, barulah para pemegang paspor dinas (paspor biru) ini bisa bergabung dengan anggota rombongan lain yang mencoba santai dengan menikmati minuman panas dan dingin di sebuah kedai kopi di dalam kompleks bandara.

''Saya tertahan karena rambut saya berbeda dengan yang ada di foto paspor. Saya baru potong rambut kemarin pagi,'' ujar seorang staf dari Kementerian Perdagangan dengan wajah yang masih terlihat tegang.

Seorang anggota staf perempuan dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) harus tertahan karena baru melangsungkan pernikahan sebulan silam. ''Alis saya dicukur saat didandani untuk resepsi pernikahan dan sampai sekarang belum tumbuh lagi. Saya ditahan karena foto saya di paspor alisnya lebih tebal,'' ujarnya sambil memegang alisnya.

Itulah Rusia yang belum sepenuhnya meninggal mendiangnya Uni Sovyet, sebuah negara komunis-sosialis yang masih kaku. Namun menurut staf dari KBRI Moskow tadi peristiwa seperti itu sering terjadi untuk orang asing yang baru masuk Rusia.

''Mereka sangat teliti dan selalu melakukan periksa ulang untuk semua dokumen yang bahkan sudah mendapat izin dan konfrimasi dari otoritas yang lebih tinggi. Paspor diplomatik sekalipun pasti diteliti,'' ujarnya.

Yang turut semakin membuat tegang sesungguhnya adalah sikap dari para petugas imigrasi dan keamanan yang berjaga hampir di setiap sudut bandara. Jangan bayangkan ada senyum sapa dari mereka.

Saat Media Indonesia mencoba bertanya dalam bahasa Inggris yang paling umum sekalipun, jawabannya sama; ''Nyet (no) English!''. Dan sikap seperti itu juga berlaku di tempat yang lazimnya menjunjung tinggi keramahan seperti hotel, restoran, kafe hingga pusat hiburan malam.

Penggeledahan oleh penjaga keamanan disertai permintaan untuk menunjukkan paspor atau izin masuk adalah hal yang lumrah dilakukan di sini. Para petugas keamanan rata-rata adalah mantan tentara di masa perang dingin yang memang diharuskan bersikap waspada terhadap siapapun.

"Justru dengan sikap seperti itu tingkat kejahatan semakin rendah dan keamanan di Moskow cukup terjamin,'' ujar Harry, staf lokal KBRI asal Maluku yang sudah 11 tahun tinggal di Moskow.

Ia pun menjelaskan salah satu hambatan interaksi orang asing dengan penduduk Moskow dan Rusia pada umumnya adalah masalah bahasa. Penduduk Moskow dikenal sangat bangga dengan bahasa Rusia yang memiliki abjad khusus dan berbeda dengan huruf latin yang banyak dipakai oleh negara di dunia. ''Mereka akan sangat ramah sekali untuk orang asing yang mampu berbahasa Rusia,'' ujar Harry lagi.

Ia pun membuktikan. Dengan kefasihannya berbahasa Rusia, mudah saja ia meyakinkan dua penjaga berbadan kekar untuk memperbolehkan Media Indonesa masuk ke sebuah kafe kelas atas meski tetap harus menanggalkan jaket dan meninggalkan kamera di loker khusus.

Sebagai bekas ibukota Uni Sovyet, Moskow masih menjadi tempat berkumpulnya beragam etnis bangsa yang kini tergabung dalam Persemakmuran Negara-Negara Merdeka (Commonwealth of Independent States/CIS) ini.

''Warga asli Moskow biasanya lebih menjaga jarak dengaan para pendatang. Mereka lebih senang berkumpul di klab malam dan kafe setelah bekerja bersama dengan kelompoknya,'' ujar Harry.(Jaz/M-1)

Sumber : mediaindonesia.com
Share this article :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Paket Tour Wisata - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger