Spin Off Citilink
Dilakukan Bertahap
Senin, 16 Agustus 2010
JAKARTA (Suara Karya): Proses pemisahan bisnis (spin off) maskapai penerbangan Citilink dari induk perusahaannya PT Garuda Indonesia (Garuda) akan dilakukan secara bertahap. Prosesnya masih terbentur regulasi, karena setiap maskapai penerbangan baru wajib menguasai minimal 10 unit pesawat. Citilink pesawat dan ditargetkan pada akhir tahun ini bisa mencapai 9 pesawat. sendiri baru mengoperasikan 5
Direktur TI dan Strategis Garuda Elisa Lumbantoruan mengatakan, persiapan spin off ini bukan hanya terkait masalah pengadaan armada. Namun juga kesiapan sumber daya manusia (SDM) yang harus benar-benar bisa dipenuhi. "Kalau satu pesawat diperlukan 1tim terdiri dari 3 pilot dan ko-pilot, tentu tinggal menghitung berapa kebutuhan untuk 10 unit pesawat," katanya di Jakarta, kemarin.
Khusus untuk mengantisipasi krisis tenaga penerbang, Garuda mendidik langsung calon penerbang ke sejumlah sekolah, seperti Sekolah Tinggi Ilmu Penerbangan (STIP) Curug, Tangerang milik Kementerian Perhubungan. Selain itu juga menjalin kerja sama dengan sejumlah sekolah penerbang swasta yang diakui kemampuannya. Untuk mengawaki 10 pesawat, minimal dibutuhuhkan 80 pilot.
Terkait regulasi ini, lanjut Elisa, membuat Citilink sulit untuk memisahkan diri dari Garuda Indonesia, sehingga hingga saat ini masih sebagai unit usaha strategis. Meski demikian, semua persyaratan untuk Spin off sudah bisa dipenuhi dalam waktu tidak terlalu lama. Termasuk untuk pengadaan armada dan SDM.
Sebelumnya Manajemen Garuda mengklaim mampu membesarkan Citilink sebagai maskapai penerbangan yang berdiri sendiri setelah mengantongi surat izin usaha penerbangan (SIUP) dan air operator certificate (AOC).
Elisa sendiri mengakui soal pengadaan armada, Citilink tidak mengalami kesulitan, karena banyak armada bisa diambil dari Garuda. Apalagi Garuda sendiri dalam dua tahun terakhir ini sedang giat-giatnya melakukan peremajaan pesawat dengan jenis terbaru seperti Boeing 737 NG.
Di lain pihak, Citilink memberikan donasi kepada para Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) senilai Rp 225 juta. Sumbangan ini bersumber dari hasil penjualan tiket pesawat selama Agustus 2010 yang masing-masing tiket disisihkan Rp 1.000 pert tiket.
Program sosial yang diselenggarakan unit bisnis strategis Garuda Indonesia ini merupakan bentuk peran serta membentuk para veteran, khususnya terkait dalam rangka menyambut Hari Kemerdekaan Indonesia. Diupayakan program sosial seperti ini akan dikembangkan untuk memberikan donasi kepada tokoh-tokoh lain di Indonesia yang berjasa dalam memajukan negara ini. Sebut saja peranan pemuda dalam kemerdekaan, tokoh pers, seniman, dan sejumlah tokoh agama.
"Kami maunya semua tokoh yang berjasa di negeri ini diberikan donasi. Tapi pada tahap awal, kami berikan kepada veteran. Ini hanya bentuk apresiasi kami terhadap jasa-jasa mereka yang tidak mungkin bisa dinilai dengan uang," kata Elisa dalam acara Citilink Garuda Photo Workshop.Elisa menyebutkan, donasi yang disisihkan dari penjualan tiket pesawat ini merupakan sumbangan tidak langsung para penumpang pesawat Citilink kepada veteran. (Syamsuri S)
http://www.suarakarya-online.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar